Pages

Ads 468x60px

Featured Posts

Kamis, 06 Februari 2014



MAKALAH 
MANAJEMEN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.
              Suatu organisasi termasuk sekolah tidak terlepas dari lingkungan yang mengelilinginya, baik internal maupun eksternal, salah satunya adalah budaya sekolah. Budaya sekolah sangat mempengaruhi terciptanya iklim atau suasana sekolah. Iklim atau suasana sekolah merupakan bagian dari kultur sekolah yang dipandang dan dipahami oleh semua unsur yang ada di sekolah.
              Iklim sekolah yang positif merupakan kondisi yang menggambarkan keadaan sekolah dan lingkungannya yang sangat aman, damai, dan menyenangkan untuk kegiatan belajar mengajar. Iklim sekolah terbebas dari segala kebisingan, keramaian, maupun kejahatan. Suasananya selalu dalam kondisi tenteram, dan hubungan yang sangat bersahabat tampak menonjol di antara para penghuninya. Mulai dari kepala sekolah, para guru, pegawai, maupun para siswa selalu kelihatan rukun, akrab dan saling menghargai dalam kegiatan sehari-hari. Keadaan semacam ini, menyebabkan para siswa merasa aman, tenteram, dan terbebas dari segala tekanan maupun ancaman yang dapat merugikan kegiatan belajarnya.
              Manajemen iklim lingkungan berbasis sekolah adalah pengaturan suasana dan lingkungan sekolah yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.
              Pengelolaan Manajemen sekolah saat ini  mengalami pergeseran yang sangat mendasar, dengan pendekatan tidak terpusat sebagai implikasi otonomi pendidikan tetapi memberikan otonomi yang luas pada sekolah dan partisipasi masyarakat yang intensif, menggunakan pendekatan profesional bukan pendekatan pemerintahan, pengambilan keputusan bersifat ikut berperan serta bukan terpusat, dan adanya pemberdayaan seluruh potensi atau sumberdaya yang ada untuk peningkatan mutu pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang menekankan kemandirian sekolah merupakan penjabaran dari otonomi pendidikan di sekolah. Pemberian otonomi pendidikan kepada sekolah merupakan usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan secara luas, sehingga sekolah dapat leluasa mengelola sumberdaya dengan mengalokasikanya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat sekitar termasuk pengelolaan dan pengaturan iklim lingkungan sekolah.
              Bertitik tolak dari pemaparan tersebut diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai pijakan dalam pembahasan selanjutnya di makalah ini, yakni bagaimana pengembangan iklim dan lingkungan sekolah serta kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan iklim di lingkungan sekolah ?    
         
BAB II
KONSEP DASAR MANAJEMEN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKOLAH

A.      Pengertian
            Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang di dalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.
Berikut ini merupakan definisi manajemen dari beberapa ahli yang mencerminkan ketiga focus tersebut :  Encyclopedia of the social science (1957) management may be defined asv the process by which the execution of a given purpose is put into operation and supervised. Stoner (1992:8), manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif.
Sedangkan Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas/bermutu.
Sedangkan Iklim sekolah (Organizational Climate) pertama kalinya dipakai oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi (psychological climate). kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R. Taguiri dan G. Litwin, yang mengemukakan sejumlah istilah untuk melukiskan perilaku dalam hubungan dengan latar atau tempat (setting) dimana perilaku muncul: lingkungan (environment), lingkungan pergaulan (milieu), budaya (culture), suasana (athmosphere),  situasi (situation), pola lapangan (field setting), pola perilaku (behavior setting) dan kondisi (conditions) (Wirawan, 2007:121).
Iklim sekolah didefinisikan orang secara beragam dan dalam penggunaanya kerapkali dipertukarkan dengan istilah budaya sekolah. Menurut Hoy & Miskel (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) bahwa “Iklim sekolah merupakan seperangkt karakteristik suatu sekolah yang membedakan dengan sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku guru, staf, siswa dan stakeholderi lainnya yang ada pada sekolah tersebut”. Sedangkan menurut Sergiovani (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) bahwa “iklim sekolah sebagai sebuah konsep kelompok yang tidak lebih dari persepsi seseorang, perasaan, atau interpretasi kehidupan dalam suatu sekolah”. Serta menurut ownes (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) “menjelaskan : organizational climate is the study of perceptions that individuals have of the environment in the organization. Pengertian tersebut mengisyaratkan, bahwa iklim sekolah berkaitan erat dengan persepsi yang dimiliki oleh individu guru, staf dan siswa disekolah”.

B.      Penciptaan dan Pembentukan Iklim Sekolah.
            Menurut para ahli, Iklim sekolah dapat diciptakan dan dibentuk. Artinya, iklim sekolah yang kurang baik dapat diubah dan dibentuk menjadi baik apabila para personil sekolah memang menginginkannya. Sebaliknya, iklim sekolah yang sudah positif, jika tidak dijaga dan dipertahankan serta dipelihara keberadaanya, maka dapat berubah menjadi iklim sekolah yang jelek.
            Seringkali terjadi perubahan iklim secara berangsur-angsur, dan tidak terasakan. Namun, jika terjadi pergantian kepala sekolah, dan penggantinya merupakan seorang pendobrak dan pembaharu yang menonjol, tidak tertutup kemungkinan terjadinya perubahan iklim sekolah secara cepat dan drastis. Yang malas akan tergilas, yang lamban akan jadi korban, dan yang cerdas akan mendapat tugas. Suatu revolusi iklim sekolah dapat terjadi, dan ini merupakan hal yang positif.
            Hubungan kerja antara kepala sekolah dengan para wakil kepala sekolah dan antar wakil kepala sekolah serta hubungan kerja di antara, dan di dalam kelompok guru, para siswa maupun para orang tua memberikan kejelasan tentang iklim kerja yang terdapat di sekolah. Personil di sekolah yang positif selalu bekerja bersama-sama dalam banyak cara, baik yang formal maupun yang tidak formal. Interaksi di dalam kelas, baik secara lisan maupun tulisan mutlak diperlukan yang diharapkan akan memberikan dampak pada proses belajar dan hasil belajar yang positif. Interaksi semacam ini harus selalu dijaga dan bahkan harus selalu ditingkatkan apabila memungkinkan. Karena itu, perlu dijaga semangat dan motivasi siswa agar selalu berani dan bergairah untuk berinteraksi dengan para guru.
          Iklim sekolah bukan saja menunjukkan mutu kehidupan di sekolah, tetapi juga memberikan pengaruh perubahan terhadap kebiasaan kerja, gaya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, sikap guru, maupun semangat para siswa di sekolah. Iklim terutama memberikan perubahan terhadap mutu belajar dan mengajar di sekolah.

C.      Iklim Sekolah yang Positif.
            Menurut para ahli, iklim merupakan energi yang terdapat dalam suatu organisasi yang dapat memberikan pengaruh terhadap sekolah, bergantung kepada bagaimana cara kepala sekolah menggunakan dan menyalurkan energi tersebut. Semakin baik energi dapat disalurkan dan diarahkan akan semakin baik pula pengaruhnya terhadap sekolah, dan sebaliknya, semakin jelek energi disalurkan akan semakin jelek pula pengaruhnya terhadap sekolah.
            Iklim sekolah yang positif menunjukkan suatu norma, harapan, dan kepercayaan para personil yang terlibat dalam organisasi sekolah, yang dapat memberikan dorongan untuk bertindak yang mengarah pada prestasi siswa yang tinggi. Pimpinan sekolah memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap tenaga pengajar, sehingga mereka dapat menfokuskan dirinya pada pengajaran. Para personil sekolah menghargai setiap prestasi tenaga pengajarnya, termasuk pencapaian sasaran minimal dan penilaian terhadap semangat kerja para tenaga pengajarnya.
            Iklim sekolah yang positif dirasakan sebagai suasana yang penuh kekeluargaan, bersifat praktis, dan penuh kejujuran. Para personil sekolah selalu beranggapan bahwa lingkungan sekolah yang baik merupakan prioritas utama untuk mencapai kemajuan. Semua personil sekolah selalu aktif mengemukakan pendapatnya dalam setiap kegiatan pendidikan. Setiap pengambilan keputusan oleh kepala sekolah, kepentingan belajar siswa selalu menjadi pertimbangan utama yang terpenting. Kegiatan yang mengganggu kegiatan belajar siswa tentu dikesampingkan. Sekolah juga menyediakan waktu dan jam tambahan apabila diperlukan dan jika para orang tua siswa memang membutuhkannya.
            Iklim sekolah yang positif menunjukkan adanya rasa kekeluargaan yang kuat di antara para personil sekolah. Perasaan kekeluargaan di antara kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para guru, pegawai, dan siswa sedemikian kuatnya sehingga menimbulkan perasaan wajib saling memberikan bantuan. Semua personil sekolah menjalankan tugasnya secara ikhlas, sukarela, dan penuh tanggung jawab. Seluruh keluarga besar sekolah mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para guru, pegawai, siswa, orang tua siswa, bahkan masyarakat lingkungan sekolah merasa ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan kebersihan gedung sekolah.
            Kepala sekolah memiliki sifat asah, asih, asuh yang tinggi. Intinya, kepada para bawahan dan siswa ingin mencerdaskan, dan memberikan kasih sayang sebagaimana orang tua kepada anaknya, dan memberikan perlindungan terhadap gangguan yang dapat menghambat kelancaran belajar dan mengajar. Para wakil kepala sekolah dengan penuh ketekunan melaksanakan tugasnya masing-masing serta serta selalu melakukan evaluasi dan koreksi diri atas program yang akan dan telah dilaksanakan sebagai suatu perbaikan,  Para guru senang melakukan diskusi dengan rekan seprofesinya untuk meningkatkan mutu pengajaran, sedangkan para siswa sangat antusias karena dapat menggunakan buku-buku dan bahan bacaan lainnya yang tersedia di perputakaan dengan sebebas-bebasnya.
            Semua kegiatan sekolah diatur dengan tertib, dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Para siswa memproleh perlakuan yang adil, tidak dibedakan antara yang kaya dengan yang miskin, yang pandai dengan yang lamban berpikir. Semuanya mendapatkan kesempatan yang sama untuk berprestasi setinggi-tingginya.
            Di dalam kelas terlihat suasana aktifitas belajar yang tinggi. Para siswa sangat aktif mengajukan pertanyaan tentang pelajaran yang belum dipahaminya, sedangkan guru dengan senang hati bersedia menjawabnya. Untuk pertanyaan yang belum bisa dijawab, dengan bijaksana guru meminta waktu untuk mencari data dan informasi lebih lanjut, agar dapat menjawab pertanyaan para siswa dengan benar.
            Suasana yang tertib, tenang, dan jauh dari kegaduhan maupun kekacauan dapat dilihat di setiap kelas yang sekolahnya memiliki iklim sekolah yang positif. Para siswa saling menghargai sesamanya, dan terhadap para gurunya, semua siswa memiliki perasaan hormat yang tinggi. Hasil pelatihan yang diikuti para guru segera diterapkan dan dievaluasi. Jika hasil evaluasi menunjukkan suatu peningkatan dibandingkan dengan metode sebelumnya, maka metode mengajar yang baru akan diteruskan. Para personil sekolah senang mengkomunikasikan perasaan bangganya terhadap prestasi sekolahnya, ketika berbicara tentang sekolah, dan tentu saja, dengan tidak merendahkan apalagi menghina pihak lainnya.

D.      Tujuan Manajemen Iklim Lingkungan Sekolah.
            Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan iklim lingkungan sekolah, diantaranya :
1.        Menjamin kualitas kerja yang lebih baik
2.    Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horizontal
3.        Lebih terbuka dan transparan
4.        Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi
5.        Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan
6.     Jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki
7.        Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK

E.   Prinsip dan Asas manajemen Iklim lingkungan sekolah.
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah trampil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
1.    Upaya pengembangan iklim lingkungan sekolah seharusnya mengacu kepada beberapa prinsip berikut.
       1)  Berpedoman pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.
            Pengembangan iklim lingkungan sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan iklim lingkungan sekolah kearah yang kondusif. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan iklim lingkungan sekolah yang baik dan bermutu.
       2)  Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal.
       Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya iklim lingkungan sekolah yang kondusif. Komunikasi informal sama pentingnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien
       3)  Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko.
Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4)  Memiliki Strategi yang Jelas.
Pengembangan iklim lingkungan sekolah perlu di landasi oleh strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5)  Berorientasi pada Kinerja.
Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
6)    Sistem Evaluasi yang Jelas.
Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7)    Memiliki Komitmen yang Kuat.
Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.
8)    Keputusan Berdasarkan Kesepakatan
Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan bersama. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya kesepakatan dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9)    Sistem Imbalan yang Jelas.
Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.
10)    Evaluasi Diri
Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah
2.    Pengembangan budaya sekolah juga sebaiknya berpegang pada asas-asas berikut :
1)  Kerjasama Kelompok
Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki sekolah.

2)  Kemampuan.
Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
3)  Keinginan.
Keinginan pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Keinginan harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4)  Kegembiraan.
Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5)  Hormat.
Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders  pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik.
6)  Jujur.
Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.
7)  Disiplin.
Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf tata usaha.

8)  Empati.
Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.

9)  Pengetahuan dan Kesopanan.
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.

F. Pendekatan pengembangan  manajemen Iklim lingkungan sekolah.
            Ada beberapa pendekatan yang perlu ditempu oleh pihak sekolah dalam mengembangkan manajemen iklim lingkungan sekolahnya, seperti berikut ini : Pertama Mendorong kerjasama atau kolaborasi, Kedua Memantapkan hubungan antara misi dan praktik dengan penuh antusiame, fasilitasi, memenuhi kebutuhan guru dan murid, memahami motivsi karyawan, dan mendorong pertumbuhan personil, Ketiga          Berlaku Kreatif, Keempat Merangsang pelaksanaan mengajar yang baik, Kelima Memandang persoalan sebagai peluang dan memfokuskan solusi, Keenam Memikirkan orang lain, Ketujuh Menciptakan jaringan yang mengurangi isolasi guru dan mendorong tukar pikir professional, Kedelapan Tetap memfokuskan kepada kinerja murid, Kesembilan Pemilihan staf secara tepat, Kesepuluh Pengangkatan kepemimpinan secara formal, Keseblas Komunikasi dua-arah secara teratur.

G.     Faktor Kendala Pengembangan Manajemen Iklim dan Lingkungan Sekolah.
          Untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, berbagai masalah, hambatan dan rintangan yang dilalui serta berbagai ujian yang dialami. Demikian pula halnya dalam pengembangan manajemen iklim dan lingkungan sekolah, ada beberapa hal yang menjadi factor kendala dalam pengembangan manajemen iklim dan lingkungan sekolah, meliputi :
1.    Kepala Sekolah.
       Jika dilihat dari sudut kewenangan dalam organisasi sekolah, maka kepala sekolah seharusnya mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang lebih besar dalam proses penciptaan iklim sekolah yang baik dan kondusif, namun dalam kenyataannya justru banyak yang diangkat menjadi kepala sekolah sangat minim dalam kemampuan dan pengetahuan dalam mengelola sekolah termasuk dalam pengelolaan iklim dan lingkungan sekolah.
2.    Visi dan Misi yang tidak jelas.
       Rumusan visi dan misi sekolah yang tidak jelas, sulit diukur sehingga menyebabkan tidak muda untuk mengimplementasikan dalam bentuk tindakan nyata termasuk program pengembangan manajemen iklim dan lingkungan sekolah, bahkan ada sekolah yang tidak mencantumkan dan memprioritaskan dalam visi dan misi tentang pengembangan manajemen iklim dan lingkungan sekolah.
3.    Guru.
       Dari sekian guru yang ada di suatu sekolah, sebagian besar memilki sikap cuek atau tidak peduli, apa adanya terhadap iklim dan lingkungan sekolahnya, sebab mereka berpikir bahwa untuk membentuk iklim dan lingkungan sekolah yang baik dan kondusif bukan bagian tugas mereka, serta sikap lainnya seperti mau menang sendiri dan tidak mau tahu akan program sekolah. Selanjutnya tingkat kedisiplinan yang sangat rendah atau tidak menghargai waktu.
4.    Siswa.
       Beberapa siswa yang memiliki prilaku yang kurang baik dan sering melakukan perbuatan serta pelanggaran terhadap tata tertib di sekolah, seperti biangkeladi perkelahian, prilaku yang tidak hormat atau tidak menghargai guru dan orang yang lebih tua. Suka merusak dan mencoret-coret dinding sekolah, suka mengganggu teman yang sedang belajar serta sering terlambat.
5.    Orang Tua.
       Masih kurangnya keterlibatan atau peran orang tua dalam menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang kondusif,  sebagian orang tua berpikir bahwa urusan sekolah adalah tanggungjawab kepala sekolah dan para guru yang ada disekolah itu, bahkan ada orang tua yang tidak pernah menginjakkan kaki atau melihat langsung keadaan dan kondisi sekolah dimana anaknya bersekolah.
           

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan.

            Iklim sekolah adalah merupakan energi yang terdapat dalam suatu organisasi yang dapat memberikan pengaruh terhadap sekolah, bergantung kepada bagaimana cara kepala sekolah menggunakan dan menyalurkan energi tersebut. Semakin baik energi dapat disalurkan dan diarahkan akan semakin baik pula pengaruhnya terhadap sekolah, dan sebaliknya, semakin jelek energi disalurkan akan semakin jelek pula pengaruhnya terhadap sekolah.
            Iklim sekolah dapat diciptakan dan dibentuk. Artinya, iklim sekolah yang kurang baik dapat diubah dan dibentuk menjadi baik apabila para personil sekolah memang menginginkannya. Sebaliknya, iklim sekolah yang sudah positif, jika tidak dijaga dan dipertahankan serta dipelihara keberadaanya, maka dapat berubah menjadi iklim sekolah yang jelek
            Dalam pengembangan menuju pada iklim sekolah yang kondusif atau positif, ada beberapa prinsip dan asas yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah antara lain: visi, misi dan tujuan sekolah. Sedangkan beberapa asas yang perlu menjadi pengangan adalah kerjasama kelompok, kemampuan, keinginan, kegembiraan, hormat, jujur, disiplin, empat serta pengetahuan dan kesopanan.
          Selain itu pula dalam pengembangan manajemen iklim dan lingkungan sekolah dapat dikemukakan beberapa factor kendala yang meliputi kurangnya kemampuan dan pengetahuan kepala sekolah, visi dan misi yang tidak jelas, sikap acuh tak acuh guru dan masih rendahnya tingkat kesadaran siswa terhadap pentingnya iklim dan lingkungan yang sehat seperti prilaku suka berkelahi, tidak menghormati guru, serta rendahnya peran orang tua.

DAFTAR PUSTAKA
Moedjiarto, 2002. Manajemen Sekolah: Sekolah Unggul. Penerbit Duta  Graha Pustaka.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009. Manajemen Pendidikan, Bandung : Penerbit Alfabeta.
Marno, dkk. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung : PT Refika Aditama.
Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta : CV Haji Masagung.
Muhaimin, dkk. 2010. “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Kencana.
Effendi, Moehtar. 1996. Manajemen Suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta : Bhatara.
Ansar .2012.Budaya Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.http:/www.google.com.diakses Desember 2013

Sudrajat, A.2010. Pengembangan Budaya Sekolah. http:/www.google.com.diakses
Desember 2013.

Hatta, Effendi. 2011. Iklim Sekolah (school Climate), http://efendihatta blogspot.com/2010/07/iklim-sekolah-school-climate.html. diakses Desember 2013.
Masaong, Abd Kadim & Ansar. 2011. Manajemen berbasis sekolah (Teori, Model dan Implementasi. Gorontalo: Senta Media.
Masaong, Abd Kadim & Arfan A.T. 2011. Kepemimpinan berbasis multiple intelligence (Sinergi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual untuk meraih kesuksesan yang gemilang). Bandung: Alfa Beta.
 

Translate

TOT PAS SM

TOT PAS SM
Kenangan Mengikuti TOT PAS

Sample Text

Sample Text